Selasa, 03 November 2009

AMARAH MUSIM

Seperti Firman Tuhan
Dalam mimpi raja Qithfir
Melihat tujuh ekor sapi betina
yang gemuk-gemuk
Dimakan oleh tujuh ekor sapi betina
yang kurus-kurus
Dan tujuh bulir gandum
yang hijau
Dan tujuh bulir lainnya
yang kering
Telah menjadi kisah Yusuf
Menenangkan amarah musim.


Qin Mahdy, Juni 2009

MEMBUNUH ZAMAN

Aku, 
Ingin membunuh zaman
Agar tak lekas melaju
Pada tujuan angan.

Karena,
Anak-anak negeri banyak tak pandai
Mengemudi kapal
Di arus sintal.
Arus yang telah menenggelamkan
Sejarah panjang kerajaan Pasai.

Memang,
Kita tak seperti orang-orang pantai
Cekatan memburu ombak
Kadang membangun Istana
Di kedalaman kerang mutiara.

Sekarang,
Tak usahlah berbalik arah
Di musim yang tak juga membaik
Elok kita berhenti di sini
Pada angin-angin ribut
Pada siang-siang gelombang
Pada malam-malam darah.

Pada permulaan musim
Perbanyaklah membaca peta
Agar kita tak tersesat
Menebak semua arah
Arah yang kan melaju
Lepas
Entah kemana.


Qin Mahdy, Mei 2009

SIASAT SESAT

Sajak ini telah lama
Kugoreskan pada lembar-lembar
Kelopak mawar berduri
Kini dihinggapi seekor lalat
Menjadi gulungan sajakku punah
Oleh kepompong nakal
Yang bermimpi jadi kupu-kupu cantik
Pada sari bunga beracun
Yang telah dicemari oleh sabda palsu
Nabi-nabi baru yang mencoba turun
Dari pertapaan singkat
Membawa firman seekor kambing betina
Bernama Samiri.


Qin Mahdy, Mei 2009

Minggu, 01 November 2009

MENAKAR KATA

Aku sering menjemur kata
Pada punggung benang-benang
Putih yang tak lagi tampak
Oleh mata telanjang.

Kadang aku hanya mengira
Pada bagian mana ia akan tersangkut
Namun, tak jarang kataku banyak yang jatuh
Ke dalam limbah hangat 
Mulut-mulut pendusta.


Qin Mahdy, 2 November 2009

GADIS EMBUN

Sehelai kelopak mawar 
Kutemukan terkapar 
Diantara sisa-sisa pembakaran 
Sampah-sampah dosa 
Yang membusuk. 
Pada sisinya, 
Ku lihat setetes embun 
Tak menangis, 
Justru tersenyum melihat senyumku. 

Qin Mahdy, 2 November 2009