Minggu, 30 Agustus 2009

HARI GELISAH

Pagi ini telah pergi
meninggalkan bekas
dalam seberkas
kertas lusuh
hasil kepalan
sepasang jemari.

Ia masih menggelinding
sejak pagi
di tiup angin
di pasir gersang
mengejar petang
yang tak mau kembali.

April 2009

RENTA BUTA

Lelaki renta
Ingin memeluk musim
Dengan kedua lengannya
tak lagi berhasta.

Petang ini ia mengumpat
Pada anak-anak zaman
Tentang esok
yang mesti ada.

April 2009

MEMBUNUH ZAMAN

Aku,
Ingin membunuh zaman
Agar tak lekas melaju
Pada tujuan angan.

Karena,
Anak-anak negeri banyak tak pandai
Mengemudi kapal
Di arus sintal.
Arus yang telah menenggelamkan
Sejarah panjang kerajaan-kerajaan.

Memang,
Kita tak seperti orang-orang pantai
Cekatan memburu ombak
Kadang membangun Istana
Dari kedalaman kerang mutiara.

Sekarang,
Tak usahlah berbalik arah
Di musim yang tak juga membaik
Elok kita berhenti di sini
Pada angin-angin ribut
Pada siang-siang gelombang
Pada permulaan musim.

Namun,
Perbanyak membaca peta
Agar kita tak tersesat
Menebak semua arah.
Arah yang kan melaju
Lepas
Entah kemana.

Mei 2009

Jumat, 28 Agustus 2009

MUASAL

Kadang,

Tangisku bergulir dalam bulir-bulir hujan

Atau bersama tetesan embun di pagi mendung

Bermuara pada aliran sungai nun jauh

Kulihat patahan-patahan hati berserakan

Mengotori perut sungai

Yang kini berubah muasal

Menjadi limbah-limbah busuk

Menguap di musim Kemarau.


29 Agustus 2009